Rabu, 21 Desember 2011

Diantara kita, ada nafas yang tak tahu kapan akan berhenti berhembus

Tapi apa memang persahabatan bisa kendur karena jarak? Aku yakin inti dari persahabatan tentu tidak rusak. Tapi jarak dan tempat tidak bisa berdusta, berpisah secara fisik bisa meregangkan keintiman persahabatan karena tidak lagi disiram oleh pertemuan, canda dan diskusi
(Ranah 3 Warna)


Demi kau yang telah membuka catatan ini, sebelum terlambat, sebelum aku lupa, dan sebelum semuanya berubah menjadi sesuatu yang tidak dirindukan lagi, dengarkan aku sekali ini saja untuk menyapamu dengan kata “terima kasih”. Sangat sepele memang, tapi teruskan saja membaca-mu walaupun kau bosan, walaupun tulisan ini sama sekali tidak menarik. Karena aku tidak tahu kapan rindu yang sehebat ini akan datang lagi. Dan setelah tulisan ini selesai, kau boleh melakukan hal lain sesukamu, kembali ke aktivitas barumu.
Tapi ku mohon, sampai pada tulisan ini kau baca, jangan kau tumbuhkan niat sedikitpun untuk menghentikannya. Teruskan demi nafas persahabatan kita yang tak tahu kapan akan berhenti berhembus. Percayalah, jika kau benar melakukannya, kau telah membuatku menjadi orang yang paling beruntung di kehidupan yang sangat keras ini. Karena dengan begitu, aku masih memiliki kalian yang peduli denganku di sini walaupun waktu dan tempat belum mengizinkan kita untuk bertatap dan berdampingan kembali.

Terima kasih untuk setiap pendengaran yang kau luangkan untuk semua keluh kesahku. Untuk setiap catatan dan statusku yang kau baca, untuk setiap rasaku yang kau rasakan dan untuk semua sms, comment, wall, retweet, replay bahkan like yang terabaikan.

Terima kasih untuk semua ketulusan yang tak terencanakan. Karena dalam canda yang tak berkesan sekalipun, aku tahu selalu ada harapanmu agar persahabatan kita tak pernah pudar.

Terima kasih telah menemaniku menangis demi masa depan, berjuang di sampingku dan meyakinkan semangatku yang mulai luntur oleh air mata yang tak bisa dilogika untuk dijadikan alasan. Dan ingatlah, kita masih berjuang bersama-sama. Kita akan selalu bersama-sama. Persahabatan kita masih sama. Kita tetap berjuang bersama-sama, sahabat.

Terima kasih untuk nama-nama special yang telah kalian buat agar aku ngambek dan untuk mencapai kepuasan kalian. Padahal, kau tahu? Aku rindu dipanggil dengan nama-nama itu lagi. Aku suka nama-nama yang kalian berikan untukku. Aku tahu. Walau tak pernah kau perlihatkan, ku yakin saat-saat itu adalah hal yang paling kita rindukan.

Terima kasih telah melindungiku dari ketakutan. Dari tulisan yang kontroversi, dari mata-mata yang menatapku risi, tetapi kalian masih tetap di sini. Bahkan ketika aku merasa takut untuk menunggu angkot sendiri.

Terima kasih untuk setiap nasihat yang terucap dan dukungan yang kalian tunjukkan pada setiap buku perpustakaan yang ku sembunyikan di balik badan. Walaupun kalian tahu itu dosa, tapi kalian lebih merelakan agar aku senang.

Terima kasih untuk setiap receh, telepon dan pulsa yang kalian ikhlaskan untuk sekadar menanyakan kabarku. Kau tahu? Aku selalu bahagia mendapat traktiran permen, gorengan, teh, ataupun semangkuk soto gratis darimu di waktu hujan.

Terima kasih atas permainan-permainan konyol yang menyenangkan, untuk semua kegilaan yang sukses tersalurkan, dan untuk setiap ejekan persahabatan yang akan selalu terkenang. Garing sekali rasanya ketika sekarang, aku tak bisa lagi melakukan hal-hal bodoh yang dulu kita banggakan.

Terima kasih untuk setiap momen narsis yang terabadikan. Karena dengan begitu, fotonya bisa ku gunakan di setiap saat kerinduan itu datang. Jangan pernah sungkan untuk mengajakku berfoto, apalagi jika kameranya keren.

Terima kasih untuk kebersamaan yang mengharukan, untuk setiap langkahmu yang bersemangat mau menemaniku renang, sekadar ke toilet, jajan bakwan malang, mengisi ulang spidol, ke ruang guru, kantin sampai membayar SPP.

Terima kasih telah mengajariku berhemat. Jika kalian berada di sini, kau akan mendengar aku berkata : “aku kangen es teh pait nggon Bu Mul. Rp.200,00 coy, neng kene es teh pait we Rp.1000,00 og piye T.T”

Terima kasih telah mengajakku ke masjid dan berebut mukena serta air keran. Kau sukses mengajariku memakai mukena sobek dengan cara yang sangat keren.

Terima kasih telah menungguku menghabiskan jajanku di dekat tempat sampah. Padahal kita telah dipelototi untuk segera masuk, dan kau lebih memilih untuk menungguku, walaupun jajanmu sudah lebih dulu kau habiskan.

Terima kasih untuk setiap perencanaan masa depanmu yang menggombal. Untuk setiap gossip, untuk setiap cerita tentang siapa yang kita sukai, siapa yang akan menjadi suami istri kita, akan menjadi apa kita nanti, atau sekadar mengkreasikan nama yang akan kita berikan pada baby-mu kelak.

Terima kasih telah menemaniku menggambar dan mengecat air rumah perspektif kita. Kau harus percaya, persahabatan kita bernilai jutaan kali lipat dari nilai ujian praktik yang kita peroleh dulu itu.

Terima kasih untuk semua jawaban PR yang kau perlihatkan dan telah mengajariku sesuatu yang menyebalkan untuk didemonstrasikan di papan tulis. Tanpamu, aku tak tahu berapa lama aku bisa bertahan di depan sana, sedangkan untuk menatap bu Narti saja aku sudah tak berdaya.

Terima kasih untuk semua sombong-sombongan yang kalian perlihatkan atas mimpi kita perjuangkan. Mimpiku akan selalu selalu sehebat mimpimu. Harus sama. Tidak akan pernah kurang dan tidak akan pernah lebih.

Terima kasih untuk setiap kosakata yang kalian ciptakan dan untuk semua lagu yang kau nyanyikan. Aku hafal lagu kalian, aku hafal cara bicara kalian, aku hafal tingkah laku kalian dan aku jauh lebih senang menghafal itu semua dibandingkan dengan menghafal rumus fisika ^_^

Terima kasih untuk semua yang belum terwakilkan. Untuk setiap gelak tawa dan kerinduan yang kau ciptakan, setiap pikiran yang kau timbulkan tentang hal-hal gila apa lagi yang akan kita lakukan esok hari. Dan setelah semua yang telah kalian berikan, maaf karena aku hanya bisa mengucap "Terima kasih sahabat"

Dan lihatlah, setelah tak ada lagi semua kebiasaan-kebiasaan itu dan kita dihadapkan dengan dunia yang lebih luas, nikmatilah. Ikuti alurnya, dan ikhlaskan untuk menyesuaikan semuanya. Teruskan perjuanganmu untuk mengejar mimpi yang kau inginkan. Entah apa yang akan terjadi di masa depan, jangan pernah malu untuk mengakuiku sebagai bagian dari masa lalumu. Biarkan aku tetap menjadi sahabatmu, walaupun kau punya sejuta sahabat lain di luar sana.
Jangan malu dengan hidupmu yang sekarang. Percayalah, tak peduli seperti apa orang lain menilaimu, aku bangga bisa menjadi salah satu sahabatmu. Sekali lagi, terima kasih, kawan. Sebentar lagi, kita akan bertemu di kesuksesan. Teruslah berjuang!

Sampai jumpa kawanku
Semoga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasih untuk masa depan

Untuk semua teman-temanku yang selalu terhebat lebih dari apapun, alumni SMA Negeri 1 Muntilan






Titik Nur Istiqomah
Ketunggeng, December 17, 2011, 3:42:46 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar